Bab 1. Peraturan Miss Watanabe
*Ini cerita iseng, selingan sekaligus sebuah latihan untuk nulis cerita romantis. Berhubung author lack of experience, jadi maapkeun kalau ceritanya ternyata ga bikin dag dig dug... Dan mumpung momennya lagi pas *wkwkwk ketauan dong terinspirasi dari cerita beneran.... *, jadi sebelum feelingnya ilang-izinkan author untuk publish cerita ini.... - Ini cerita semi beneran yg ditambah2in kefiktifannya.... dan kehaluannya. Silahkan menikmati cerita ini sebelum feeling saya pindah ke cerita Mahesa lagi ;D*- Alea lanjut lagi abis akhir bulan ya..... nulis Alea ga gampil soalnya.... saya mesti mikir dalem dan juga mempertahankan kesadaran biar ga kebawa arus pesona dd Raseyan.
***
Namanya Andara.
Gadis polos berkulit cokelat eksotik yang senang dengan benda-benda purbakala maupun peninggalan budaya.
Lulusan Program Bahasa Indonesia yang tercebur di sebuah perusahaan asing ternama.
Gadis berusia 23 tahun itu mendapatkan kesempatan untuk bekerja di Tokyo selama satu tahun. Ia mendapatkan jackpot untuk terlibat dalam sebuah proyek alat translasi digital global yang menjadi core project dari perusahaannya.
Andara pun terbang ke Tokyo sebagai anggota tim ahli dari Indonesia. Ia merupakan satu-satunya orang Indonesia yang bekerja di dalam tim yang diberi nama batch ke-3. Di tim tersebut, ada empat orang ahli linguistik.
Satu wanita dan tiga pria.
Andara mewakili Indonesia.
David Suparat mewakili Thailand.
Hiroki Tomoda mewakili Jepang.
Muhammad Esqandar mewakili Malaysia.
Pada awalnya, pekerjaan yang dihandle oleh batch ke-3 ini cukup lancar. Di bawah kepemimpinan Kirk Hashimoto, pria campuran Jepang dan Inggris itu, mereka mampu menyelesaikan target tahap pertama hanya dalam waktu tiga minggu. Namun naas, Kirk terkena serangan jantung dan ia harus dirawat intensif di rumah sakit. Para manajer pun memutuskan untuk memberikan team leader baru kepada batch ke-3. Di sinilah seluruh drama politik kantor dan konflik percintaan dimulai.
Erika Watanabe.
Wanita berusia 40 tahun yang masih single tersebut menunjukkan ketidaksukaannya kepada Andara.
Ia memang terkenal sangat membenci kolega wanita.
Wanita berambut panjang itu memiliki sifat narsis dan suka meremehkan orang lain. Meskipun kemampuan bahasa Inggrisnya sangat terbatas namun Miss Watanabe menganggap dirinya super fluent.
Ia pun menciptakan sebuah peraturan yang menurut Andara tidak masuk akal.
Peraturan pertama, tidak boleh aktif mendekati pria yang bernama Shota Murayama dan Ryuichi Sakamoto.
Peraturan kedua, tidak boleh pacaran apalagi sampai menikah dengan salah satu dari mereka.
Peraturan ketiga, harus mendukung Miss Watanabe untuk mendapatkan salah satu dari kedua pria tersebut.
Tentu saja peraturan ini hanya berlaku untuk para wanita di kantor. Status Miss Watanabe yang ternyata adalah kenalan dari pemilik perusahaan membuatnya disegani oleh para karyawan.
Andara mengiyakan peraturan-peraturan yang baru saja disebut oleh Miss Watanabe.
"Apa susahnya sih? Lagian gue datang ke sini kan emang mau kerja bukan cari jodoh"
Gadis itu meremehkan bahkan mencibir peraturan yang diciptakan oleh Miss Watanabe.
"Ga penting banget...." ejeknya sombong.
Ya, Andara bisa takabur karena ia belum pernah melihat visual dari kedua pria tersebut.
Ahli linguistik berambut pendek itu pun kena batunya.
Dua hari setelah ia mengiyakan peraturan Miss Watanabe, ia bertemu dengan pria yang bernama Shota Maruyama.
Dada Andara berdegup saat menyerahkan formulir isian asuransinya ke Maruyama San.
Kini ia mengerti kenapa Miss Watanabe sampai membuat peraturan ajaib tersebut.
Pria yang bernama Maruyama tersebut benar-benar "TERLALU!".
Terlalu ganteng, terlalu manis, terlalu cakep, terlalu mempesona!
Tubuhnya tinggi semampai.
Hidungnya mancung dan proporsional.
Rambut comma yang kekinian.
"Mati.... ganteng" gumam Andara shock.
Matanya?
Jangan tanya!
Bola matanya hitam pekat dan berkilau.
Dalam hitungan detik, pertahanan Andara runtuh.
Wajah cool Maruyama san langsung menyandera hati Andara.
Ia mengutuk dirinya yang terlanjur mengiyakan peraturan Miss Watanabe.
"Geblek... pantesan dia overprotektif.... " sesal Andara.
Nasi terlanjur jadi bubur.
Ia harus mematikan perasaannya saat itu juga jika ingin selamat.
Andara pun jadi penasaran dengan sosok pria lainnya.
Ryuichi Sakamoto.
Setampan apakah dia?
"Inkannya ada?" tanya Maruyama membuyarkan lamunan Andara.
"In.... inkan?".
Maruyama menunjukkan contoh stempel nama yang biasa digunakan oleh orang Jepang. Mereka menyebut stempel nama tersebut sebagai inkan atau hanko. Stempel nama ini umum digunakan sebagai pengganti tanda tangan di berbagai dokumen resmi.
"Ah, aku tidak punya.... ".
Pria manis itu kemudian mempersilahkan Andara untuk menandatangani formulir asuransi. Ia membungkuk hormat sebelum pergi berlalu dari hadapan Andara.
"Eh, mas... eh... maksudnya Maruyama san" panggil Andara dengan bahasa Jepang yang terbata-bata. Sebelum berangkat ke Tokyo, ia sempat mengikuti les intensif bahasa selama tiga bulan. Walaupun bahasa Jepangnya tidak perfect, tapi setidaknya ia bisa melakukan percakapan dasar untuk bertahan hidup.
Maruyama menghentikan langkahnya lalu membalikkan tubuh dengan gaya bak seorang super model.
Jleb! Andara bisa merasakan panah cinta yang menembus hatinya.
Kini ia benar-benar mengutuk peraturan Miss Watanabe.
"Kenapa grown-up woman kaya dia mau menguasai Maruyama san? Oh em ji, cowok ini paling sebaya ama gue!!!" gumam Andara heran.
Gadis itu menunjuk inkan yang dipegang oleh Maruyama dengan tangan gemetar.
"Buatnya dimana?".
Pria idola satu kantor itu menunjukkan peta komplek perkantoran. Di dekat kantor R&D tempat Andara sekarang bekerja ada satu toko stationary yang melayani pembuatan stempel nama.
Ia menjelaskan lokasi toko tersebut dengan suara yang tertata.
Sayang sekali Maruyama tidak tahu bahwa Andara memiliki sebuah kelemahan besar.
Gadis itu tidak bisa membaca peta!
Ia juga tidak tahu mana kiri dan mana kanan!
Penjelasan Maruyama mengenai belok kanan, belok kiri lalu belok kanan lagi itu membuatnya pusing tujuh keliling.
Matanya terasa berputar-putar, ia ingin muntah.
Singkat kata, Andara tidak bisa memahami penjelasan pria tampan tersebut.
Mulutnya menganga.
Tatapannya kosong.
Ia tidak bisa mengidentifikasi lokasi toko stationary yang baru saja dijelaskan oleh Maruyama.
Wajah bingung Andara menggugah hati Maruyama. Ia sepertinya tidak tega melihat mimik wajah gadis yang baru bekerja di kantornya itu.
Pria itu membalikkan badan dan meminta izin kepada atasannya untuk mengantarkan Andara ke toko stationary.
"Ayo saya antar..".
Dada Andara lagi-lagi berdegup.
Ia tidak menyangka jika pria itu malah menawarkan bantuan.
Dalam sekejap Andara merasakan tatapan sadis yang berasal dari segala penjuru. Tatapan mata para pekerja wanita di dalam ruangan itu membuat bulu kuduknya berdiri.
"Wait..... masa iya.....mereka semua ngecengin Maruyama?!!!!" pekik Andara terkejut.
Aroma parfum Maruyama mengacaukan konsentrasinya. Ia terhipnotis dan spontan mengikuti langkah kaki Maruyama yang mengarah ke arah elevator.
Bak seorang gentleman, Maruyama membuka dan menahan pintu elevator itu untuk Andara.
"Mati.................." jeritnya dalam hati.
Tidak sampai lima menit, hati Andara sudah dikuasai oleh Maruyama.
Ia tidak bisa menolak panah asmara yang berulang kali telah menghujam hatinya. Sejujurnya, Andara tidak percaya kalau Maruyama ini single.
Ia jadi bergumam sendiri, menduga-duga kenapa Maruyama belum punya kekasih. "Jangan-jangan player atau dia ga suka cewe?".
Plak, plak, plak...Andara menepuk pipi tirusnya berulang kali. Ia berusaha mengingat peraturan Miss Watanabe nomor satu bahwa pekerja tidak boleh aktif mendekati pria yang bernama Shota Maruyama dan Ryuichi Sakamoto!
Dada Andara hampir meledak.
Sifat gentleman Maruyama membuatnya canggung sekaligus kagum.
Setelah melewati beberapa pintu bangunan kantor, mereka akhirnya sampai di sebuah bangunan yang dindingnya memiliki motif seperti batu bata. Mereka berdua memasuki pintu kaca tersebut dan mulai menuruni tangga ke lantai dasar.
Andara kesulitan mengikuti langkah kaki Maruyama yang gesit. Kakinya terpeleset sehingga ia menabrak punggung Maruyama tanpa sengaja.
"Maaf... habis kamu jalannya cepat sekali" tawa Andara menahan malu.
Jantungnya berdetak makin cepat.
Ia menyesali kecerobohan yang baru saja dilakukannya.
Maruyama lalu melambatkan langkah kakinya. Pria itu mengikuti irama kaki Andara dengan wajah sabar.
"Tokonya di lantai dasar.... nah, kita akan buat stempel namamu di sana..." tunjuk pria itu dengan raut wajah super cool.
Andara terdiam melihat mesin kotak di hadapannya.
Apa yang harus ia lakukan dengan mesin tersebut? Ia menatap Maruyama dan berharap pria itu mau menjelaskan prosedurnya.
Tangan gesit Maruyama mulai menekan-nekan sejumlah tombol. Ia sekali-kali bertanya untuk memastikan bentuk stempel nama yang ingin dipesan oleh Andara.
"Ada berbagai warna.... kamu mau yang mana?".
Andara menatap mesin itu dengan mata berbinar.
Ia terkagum-kagum dengan beragam pilihan yang disediakan oleh mesin pembuat stempel nama tersebut. Para pemesan dapat memilih warna maupun bahan dasar pegangan stempel.
Gadis itu akhirnya memilih bahan pegangan stempel dari plastik yang berwarna putih gading.
Maruyama juga membantu Andara untuk menulis namanya dalam format katakana.
Ia beberapa kali memastikan pesanan stempel nama Andara sudah sesuai dengan yang diinginkan oleh gadis itu.
Sepuluh menit kemudian Andara menerima stempel nama jepang perdananya. Ia melompat kegirangan dan buru-buru mencari kertas untuk mencoba stempel barunya.
Maruyama tersenyum kecil.
Dada Andara lagi-lagi berdegup kencang!
"Senyum dikit gitu aja dahsyat, gimana kalau dia senyum besar?!!!!!" gumam Andara mencoba menenangkan hatinya.
Ia lagi-lagi mengutuk peraturan ajaib Miss Watanabe.
Seandainya ia punya mesin waktu, Andara pasti akan menolak perjanjian tidak masuk akal dengan team leadernya itu.
"Ok, ayo kita balik....." ajak pria itu dengan raut yang kembali cool.
Andara mengiyakan ajakan Maruyama. Mereka berdua pun segera kembali ke gedung tempat mereka bekerja dan memisahkan diri di lantai dua.
"Terima kasih atas bantuannya hari ini... ".
Maruyama membungkukkan badan, ia lalu berbalik dan meninggalkan Andara dengan kondisi berbunga-bunga.
Sejujurnya- Andara belum pernah jatuh cinta!
Ia juga tidak pernah percaya dengan ungkapan jatuh cinta pada pandangan pertama.
Ya, Andara adalah seorang gadis kutu buku yang tidak menyukai kisah-kisah romantis.
Ia tidak pernah tertarik dengan drama-drama percintaan dan lebih banyak menghabiskan waktunya untuk menonton national geographic dan saluran-saluran TV mengenai mumi maupun makhluk-makhluk purbakala.
Hari ini adalah hari pertamanya jatuh cinta.
Cinta pada pandangan pertama pula!
Sayang sekali, pengalaman cinta pertamanya ini tidak akan berjalan mulus. Andara hanya bisa mengagumi Maruyama.
Ia tidak mungkin mencoba probabilitas untuk mendekati atau menyatakan perasaan pada Maruyama.
Ia hanya bisa berkhayal mengenai pria bernama Shota Maruyama.
"Arg.... peraturan sialan!" kutuknya sebal.
Apakah ada cara baginya untuk menganulir peraturan Miss Watanabe?
Jatuh cinta adalah hak semua orang!
Andara bertekad untuk memperjuangkan kesetaraan haknya untuk mencintai dan dicintai!
Ia tidak bisa menahan perasaannya lagi.
Ia juga harus mendeklarasikan diri sebagai penggemar Shota Maruyama!
"Masa iya, hanya ibu bos yang boleh ehem-ehem sama doi?!" protes Andara sambil mengamati punggung pria itu dari belakang.
Mulai hari ini, ia harus sering-sering mencari alasan untuk mengunjungi ruang tata usaha agar bisa sering melihat wajah tampan Maruyama!
"Yosh... semangattttttt!" ujar Andara membulatkan tekad.
Ia harus mencari cara untuk membatalkan seluruh peraturan Miss Watanabe!
***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top